Tahun Baru Islam 1 Muharam, Saatnya Bangsa Indonesia Hijrah dari Krisis Moral Menuju Peradaban Beradab

Ketua Umum DPP LDII KH. Chriswanto Santoso. Foto: LINES

JAKARTA – Peringatan 1 Muharam 1446 Hijriah bukan sekadar momentum seremonial bagi umat Islam, melainkan panggilan mendesak bagi bangsa Indonesia untuk melakukan hijrah kolektif: berpindah dari krisis moral, ketimpangan sosial, dan dekadensi etika menuju peradaban berakhlak dan berkeadilan.

Sejarah mencatat, hijrah Nabi Muhammad SAW dari Mekkah ke Madinah bukan hanya soal geografis, melainkan transformasi sistemik yang menyelamatkan nilai-nilai kemanusiaan, persaudaraan, dan keadilan sosial dalam tatanan masyarakat.

Di Indonesia, semangat itu seolah makin relevan. Korupsi triliunan, lemahnya etika publik, polarisasi politik, ancaman radikalisme, dan pembiaran ketimpangan sosial menjadi tanda bahwa bangsa ini butuh “hijrah besar” – bukan hanya secara spiritual, tapi juga struktural dan kultural.

“Hijrah sejatinya adalah ajakan untuk menata kembali arah kehidupan: dari keburukan menuju kebaikan, dari kepentingan diri ke kepentingan bersama,” ujar KH Chriswanto Santoso, Ketua Umum DPP LDII, saat dimintai pandangan dalam refleksi 1 Muharam di Jakarta, Kamis (26/6/2025).

Refleksi Muharam: Moral Publik dalam Sorotan

Beberapa waktu terakhir, publik dikejutkan oleh kasus-kasus besar: suap pejabat tinggi, praktik jual beli jabatan, proyek-proyek fiktif, hingga kekerasan seksual di lembaga pendidikan.

Tak hanya membuat publik geram, tapi juga menimbulkan keprihatinan mendalam soal kemunduran etika bangsa.

Apa yang terjadi hari ini adalah akibat dari hilangnya orientasi moral dalam pengambilan keputusan publik. Bangsa ini sudah terlalu lama memuja pencapaian ekonomi, tapi lupa membangun karakter dan integritas.

Tahun Baru Islam bisa menjadi titik balik menyadarkan bangsa akan urgensi rekonstruksi moral kebangsaan. Nilai-nilai Islam seperti amanah, kejujuran, dan gotong royong mestinya dihidupkan dalam sistem birokrasi, pendidikan, dan politik.

Hijrah Ekonomi dan Keadilan Sosial

Kesenjangan antara kaya dan miskin juga menjadi sorotan dalam peringatan Muharam tahun ini.

Data BPS 2024 mencatat, pada September 2024, tingkat ketimpangan pengeluaran penduduk Indonesia yang diukur menggunakan gini ratio adalah sebesar 0,381. Ini menandakan masih lebarnya jarak kesejahteraan antar kelompok masyarakat.

Indonesia butuh hijrah dari sistem ekonomi eksploitatif menuju ekonomi inklusif. Momentum Muharam harus menjadi pengingat bahwa keadilan sosial bukan slogan, tapi agenda utama negara.

Hal ini penting lantaran masih banyak kebijakan pembangunan yang belum menyentuh akar permasalahan masyarakat miskin, khususnya di desa dan wilayah 3T (tertinggal, terdepan, dan terluar).

Kuatkan Moral Bangsa Lewat Refleksi Keislaman

Menanggapi kondisi tersebut, LDII sebagai salah satu ormas Islam menegaskan komitmennya untuk terus membina moralitas umat melalui pengajian, pendidikan karakter, dan dakwah berbasis solusi.

“Tahun baru Hijriah harus menjadi momentum untuk memperkuat peran umat Islam sebagai pelopor perubahan sosial. Mulai dari keluarga, sekolah, hingga birokrasi,” kata KH Chriswanto.

LDII mengajak umat Islam melakukan hijrah spiritual dan sosial — memperbaiki niat, membersihkan hati, serta menata ulang kehidupan agar lebih berdampak bagi sesama.

Akhirnya, Hijrah Harus Dimulai dari Diri Sendiri

Para tokoh agama dan akademisi sepakat: transformasi besar hanya bisa dimulai dari perubahan kecil yang konsisten.

Hijrah bukan sekadar berpindah tempat, tapi berpindah cara berpikir, bersikap, dan bertindak. Dari egoisme ke kepedulian, dari korupsi ke integritas, dari pembiaran ke tindakan.

Bangsa ini butuh revolusi mental sejati. Dan hijrah adalah konsep abadi yang diwariskan Islam untuk mewujudkan itu. Mari mulai tahun baru Islam ini dengan hijrah pribadi dan hijrah sosial.

(SA/Kaltim Pro)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back To Top